post image
KOMENTAR
Di Hari Jadi Pemprovsu ke-66 yang jatuh pada 16 April lalu, masyarakat diajak untuk mengadopsi dan meneladani sepakterjang positif dari para pahlawan asal Sumut.

"Perjuangan dan pengabdian mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan, membangun Sumut, layak kita adopsi," harap Wakil Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi.

Berikut daftar nama para pahlawan asal Sumatera Utara

5. dr Ferdinand Lumbantobing yang lahir di Sibuluan, Sibolga, 19 Februari1899 dan wafat di Jakarta, 7 Oktober 1962. Ferdinan ditetapkan sebagai pahlawan berdasarkan Keppres No. 361 Tahun 1962 tanggal 17 November 1962.

Lulusan sekolah dokter STOVIA ini akhrab disapa FL Tobing. Beliau pernah bekerja di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pada awal kemerdekaan beliau diangkat sebagai Menteri Penerangan, Menteri Hubungan Antar Daerah, Menteri Transmigrasi dan Menteri Kesehatan (pejabat sementara). Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara. Namanya sekarang diabadikan menjadi nama bandara di kabupaten Tapanuli Tengah.


6. Adam Malik Batubara
yang lahir di Pematangsiantar, 22 Juli 1917 dan wafat di Bandung, 5 September 1984. Adam Malik ditetapkan sebagai pahlawan melalui Keppres Nomor 107/TK/1998 tanggal 6 November 1998.

Adam Malik adalah wakil presiden Indonesia yang ketiga. Pernah menjabat sebagai Menteri Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain Departemen Luar Negeri dan Departemen Perdagangan. Ia juga pernah menjadi ketua DPR tahun 1977-1978.

Sebagai Menteri Luar Negeri, pada tahun 1971 ia terpilih sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi Ketua Majelis Umum PBB ke-26. Bersama Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Untuk mengenang perjuangan beliau, dibangun sebuah museum di jalan Diponegoro No. 29 Jakarta.


7.  Abdul Harris Nasution yang lahir di Kotanopan, Mandailing Natal, 3 Desember 1918 dan wafat di Jakarta, 6 September 2000. Abdul Haris ditetapkan melalui Keppres No. 73/TK/2002 tanggal 6 November 2002.

AH Nasution adalah satu dari tiga Jenderal Besar di Indonesia selain Jend. Sudirman dan mantan presiden Jend. Soeharto. Beliau merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean. Pada saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI.

AH Nasution juga pernah diangkat menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Sebagai seorang pakar militer, AH Nasution sangat dikenal sebagai ahli  perang gerilya. Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentals of Guerrilla Warfare.

Selain diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, karya itu menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point Amerika Serikat.

Jejak perjuangan beliau diabadikan dalam museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR AH Nasution di jalan Teuku Umar No. 40 Jakarta. [ded]

Sandy Irawan: Miliki Lokasi Strategis, Pemko Binjai Mestinya Prioritaskan Kawasan Ekonomi

Sebelumnya

Pemprov Sumut Segera Bagikan Rp. 260 Miliar Bantu Warga Terdampak Covid 19

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Pemerintahan